Jakarta, SudutBerita News | Jelang Pemilu 2024, suhu politik kian memanas. Para elit politik saling serang dan saling sindir. Kondisi tersebut menjadi suatu hal yang wajar menjelang kontestasi politik untuk memilih calon presiden dan wakil presiden.
Dalam pencarian bentuknya, politik di negeri ini dipenuhi dengan bahaya yang bisa terjadi setiap saat. Bahaya terbesar akibat proses dalam pencarian bentuk dalam politik itu adalah perpecahan di masyarakat. Kita bisa melihat wajah media sosial kita, dihiasi dengan berbagai hujatan atas ketidak sepahaman cara pandang dalam melihat sesuatu, karena perbedaan pilihan politik.
Baca juga :
Ketum Pro GP: Persaingan Jelang Pemilu 2024 Jangan Membuat Narasi Saling Menjatuhkan
Wapres Ma’ruf Amin: Media Miliki Peran Penting Koreksi Kebijakan Negara
Pelaku politik sering menggunakan kondisi masyarakat yang rapuh dan rawan pengaruh untuk keuntungan dan kepentingan politiknya. Kerapuhan rakyat yang tanpa disadari akan semakin menjadi bencana saat pengaruh para petualang politik masuk dalam kehidupan mereka.
Sejarah mencatat banyak terjadi pengkhianatan saat bangsa ini memperjuangkan kemerdekaannya. Pengkhianat yang dengan bangganya diperbudak penjajah untuk melawan negerinya sendiri, sekedar demi lembaran uang dan mimpi jabatan.
Saya teringat apa yang pernah dikatakan Bung Karno di masa lalu,” Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,”
Melawan bangsa sendiri, bukanlah memusihi bangsa sendiri dalam arti sebenarnya. Tantangan melawan bangsa sendiri adalah bagaimana negara dan para pemimpin harus memenuhi aspirasi rakyat dan membawa bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik. Tantangan itu semakin berat di tengah bangsa ini sedang mencari bentuknya dalam berkehidupan politik.
Baca juga :
Dua Pengedar 32 Poket Narkoba Dibekuk Anggota Polsek Bongan
Kabupaten Sukabumi Belum Terkelola Dengan Baik, Perlu Perhatian Serius Pemerintah
Rafik Perkasa Alamsyah: Kebangkitan Nasional Spirit Bersama Membangun Bangsa dan Perangi Korupsi
Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang memiliki budaya yang sangat luhur, dari sejak sebelum berdirinya NKRI hingga berdirinya sebagai bangsa yang dikenal dunia Bangsa Indonesia yang didalamnya ada berbagai Suku, Bahasa dan Agama.
Bangsa Indonesia lahir dengan falsafah Pancasila dan bhineka tunggal ika yang di sepakati oleh seluruh para pendiri Bangsa saat memerdekakan wilayah Nusantara menjadi satu Negara Kesatuan Indonesia.
Bangsa Indonesia selain terkenal dengan budaya dan ramah tamahnya juga sebagai bangsa yang mengedepankan musyawarah serta hidup gotong royong. Namun belakangan ini sejak era reformasi hingga saat ini masuk pada era digital tata cara kehidupan itu hampir punah, hal tersebut terlihat jelas dari masa ke masa, Bangsa ini seperti terbelah arah dan kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang terkenal dengan budaya ramah tamah dan gotong royong nya.
Baca juga :
Polri Keluarkan Aturan Optimalkan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Melalui ETLE dan Tiadakan Razia
Ideologi pancasila seperti sirna akibat di tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara seperti empat penjuru angin yang membelah diri baik dari tatanan hidup beragama, sosial dan politik, apa lagi saat – saat menjelang tahun politik seperti saat ini, kita akan melaksanakan pilpres untuk pemilihan presiden RI periode tahun 2024 hingga 2029, hawa panas suhu politik seperti tidak lagi ada persatuan dan kesatuan di tatanan kehidupan bangsa ini akibat saling serang, saling memburukan satu sama lain hal ini harus menjadi perhatian kita bersama sebagai bangsa Indonesia yang besar beridiologikan pancasila untuk dapat berjalan searah tidak terpecah oleh kepentingan masing – masing kelompok.
Politik berbudaya apakah mungkin bisa ditegakkan di negeri ini? Menurut saya, sangat mungkin. Namun, kita harus mampu merekonstruksi pemikiran dan komitmen kita atas keberlangsungan bangsa ini. Diperlukan kesadaran bersama, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bermartabat. Politik yang sebaik-baiknya adalah politik yang berbudaya, budhi daya dan bermartabat, dimana kekuasaan dan tahta yang dibawa membawa kemuliaan manusia dan Sang Pencipta.
Bila bangsa ini tidak ingin carut marut, sudah saatnya kita kembali kepada politik yang berbudaya, karena politik yang berbudaya, akan sanggup menggeser dominasi politik identitas yang saat ini marak di tanah air. Politik identitas selalu dikaitkan dengan etnisitas, agama, idiologi, dan kepentingan-kepentingan lokal yang umumnya diwakili para elit politik dengan artikulasinya masing-masing.
Sudah saatnya kita kembali kepada jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya. Dan, yang bisa kita lakukan adalah membangun budaya politik yang sesuai dengan peradaban kita sebagai bangsa Indonesia yang berkarakter.
Ukuran baik buruk, benar salah, pantas tidak pantas dalam budaya demokrasi kita, tentu berbeda dengan negara lain, atau bangsa-bangsa lain.
Mari kita tetap dalam satu rumah besar NKRI bersatu dan berdaulat serta selalu mengedepankan persatuan Indonesia serta kemanusian yang adil dan beradab dalam menghadapi tahun politik di pesta demokrasi tahun 2024 mendatang.
*) Dr. Suriyanto, Ketua Pro GP
Editor: D. Supriyanto Jagad N
Respon (1)