Kutai Barat, SudutBerita News | Bupati Kutai Barat FX.Yapan berharap masyarakat Kutai Barat, khususnya di Kecamatan Damai bisa melestarikan kerajinan Sarut guna meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Hal itu disampaikan kepada wartawan usai membuka festival Sarut di kecamatan Damai. Kamis (3/8/2023).
“Mudah-mudahan dengan acara ini mereka bisa mempertahankan sarut ini, punya komitmen dan itu bisa merambah peningkatan ekonomi kerakyatan,” ujar Yapan.
Baca juga :
Kapolres Lampung Utara Pimpin Langsung Pengamanan Aksi Damai Aliansi Masyarakat Lampung
Gubernur Kaltim Isran Noor Resmikan Kantor Samsat Baru di Kutim
Selain itu, Pemerintah juga ingin mengembangkan sarut sebagai kearifan lokal dan bentuk identitas diri.
“Kita ingin mengembangkan ini supaya menuju identitas orang Kutai Barat bahwa kita punya kearifan lokal, kita punya kain sarut, kain keriyong, tumpar, banyak sekali, termasuk doyo,” sambungnya.
Terlebih, kerajinan kain asli Kutai Barat tersebut sudah dipatenkan sehingga daerah lain tidak bisa mengakui menjadi milik mereka
“Dan ini sudah ada hak Patent nya. jadi tidak bisa lagi daerah lain kalau mengaku-ngaku ini, karena ini sudah ada hak patennya,” tandasnya.
Baca juga :
Sikapi Hinaan Rocky Gerung Terhadap Dirinya, Presiden Jokowi: Saya Fokus Kerja Aja
Ucapan Rocky Gerung Hina Presiden, Pakar Hukum Dr. Suriyanto: Kapolri Harus Bertindak Tegas
Bupati juga mengatakan, bahwa kain sarut dan karya lainnya akan dikembangkan selain sebagai penopang ekonomi kerakyatan, juga untuk kepariwisataan.
“Karena wisata dengan ekonomi kerakyatan ini pasti tidak bisa dipisahkan. dia harus berjalan bersama,”
Nanti makin berkembang ini, saya kira tidak ada lagi orang yang nongkrong, dia harus punya kreatifitas dan gagasan, punya ide. Jangan ide itu dari pemerintah, harus dari masyarakat lalu pemerintah mendukung. Itu yang saya inginkan.” ungkap mantan Ketua DPRD Kutai Barat dua periode itu.
Baca juga :
Pernyataan Rocky Gerung Viral di Sosmed, PB GEPAK Keluarkan Penyataan Sikap dan Minta Diproses Hukum
Gerakan 10 Juta bendera Merah Putih bakal Digelar Serentak di Seluruh Kutai Kartanegara
Sebelumnya diterangkan oleh FX. Yapan, ‘Sarut’ itu bahasa Indonesianya jahit.
“Membikin ulap Sarut itu artinya jahit tangan. Dan sangat rumit, ini harus orng yang tinggi jiwa seninya, kan harus sabar. Pekerjaan ini perlu kesabaran dan ketekunan.” papar nya.
Jaman dahulu, terang Yapan, kain Sarut adalah, kain yang dianggap sakral dan hanya dikenakan oleh para bangsawan.
“Dan memang ini, cerita dulu untuk pakaian orang bangsawan. Orang kalau mau pakai sarut ini bangsawan.
Ini dilestarikan sampai pada masa muda ini, orang anggap sudah hal yang biasa. Tapi kalau orang tua dulu ini dianggap sangat sakral,” terangnya.
Mengingat pengerjaan harus rapi dan hati-hati seta memakan waktu lebih 3 bulan, hal ini menyebabkan harga kain sarut masih tergolong mahal.
Oleh karenanya Bupati juga berharap, agar ada inovasi-inovasi supaya kerajinan ini bisa dikerjakan lebih cepat dan hargsnya murah, yakni misalnya desain sarut namun dikerjakan dengan dicetak (printing)
Diketahui, peminat kain tradisional ini cukup tinggi, bukan hanya masyarakat lokal tetapi juga dari luar negeri.
“Kita ingin mengembangkan ini, dan ini pernah dibawa Dekranasda, PKK ke Bali mengikuti pameran di sana.
Habis diborong orang Australia.” cerita Bupati Yapan.
Baca juga ;
Profil Beton Gapura Alun-alun Itho Kubar Runtuh, Warga Dilarang Mendekati TKP
Mantan Rektor UINSU Kabur Usai Ditetapkan Sebagai Tersangka Dugaan Korupsi Program Ma’had
Sedangkan untuk mahalnya kain Sarut juga diakui oleh Dewiana ketua kelompok Bawe Pore Panei Sarut dari kampung Besiq, karena satu buah kain Sarut bisa dikerjakan hingga tiga bulan
”Karena untuk motif itu kita jahit manual. Hanya pinggirannya saja yang kita jahit pakai mesin. Makanya harga Sarut bisa jutaan rupiah,” ungkapmya.
Sementara itu, Ketua panitia Festival Sarut Yono Rustanto Gamas berharap dengan dilaksanakannya Festival sarut dan dukungan pemerintah kabupaten maka semakin banyak peminatnya.
”Harapan kita melalui ajang ini bisa menggali dan mengembangkan potensi yang ada di Kutai Barat,” kata Tanto.
Ia juga mengatakan ada 23 kelompok Sarut di kecamatan Damai yang merancang dan memasarkan kain tradisional tersebut.
Terakhir Tanto berharap acara ini bisa menjadi agenda rutin setiap tahunnya.
Paul/Red
Respon (2)