Scroll untuk baca artikel
Ekonomi / PerdaganganOPINI

Meraih Kemerdekaan Finansial di Era Modern

69
×

Meraih Kemerdekaan Finansial di Era Modern

Sebarkan artikel ini

Oleh: Andhika Wahyudiono*

Example 728x250

OPINI

Dalam era perjuangan menuju Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), berbagai elemen bangsa mengadopsi berbagai taktik untuk mengusir penjajah, termasuk penggunaan senjata tradisional seperti bambu runcing serta peralatan perang. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk meraih kemerdekaan dari kemiskinan dan mendapatkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik, sambil memegang teguh prinsip kesetaraan. Namun, setelah penjajahan berakhir, tantangan meraih kemerdekaan tidak menghilang; bahkan, tantangan ini menjadi lebih kompleks meski musuh bersama telah lenyap.

Musuh bersama yang dulu merupakan penjajah asing kini telah digantikan oleh tantangan yang lebih internal, yaitu upaya pekerja untuk mendapatkan hak yang layak dan kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Konsep kehidupan impian (dream life) menjadi suatu tujuan yang hanya mungkin dicapai dengan stabilitas finansial dan kedaulatan atas aspek keuangan. Ini merupakan bentuk kemerdekaan yang lebih substansial, karena realitas menunjukkan bahwa hampir semua aspek kehidupan memerlukan dasar finansial yang kuat.

Baca juga :

Dr. Suriyanto PD: Jelang Pemilu Bagi-bagi Uang oleh Pemimpin parpol dan Menteri Cederai Demokrasi

Beban Biaya Akreditasi SANGAT TINGGI. Pengurus Lembaga Pendidikan Se-wilayah Gresik, MENJERIT…!!!

Namun, mencapai kemerdekaan finansial tidaklah mudah dan memerlukan literasi keuangan yang mendalam. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia telah meningkat menjadi 49,68 persen, naik sekitar 11,65 persen dari angka pada tahun 2019 yang hanya mencapai 38,03 persen.

Sayangnya, meskipun literasi keuangan telah meningkat, masih banyak orang menjadi korban dari praktik pinjaman online (pinjol) yang tidak bertanggung jawab. Penelitian dari No Limit Indonesia tahun 2021 menyatakan bahwa banyak masyarakat terjerat dalam utang pinjol karena berbagai alasan, termasuk membayar utang dan latar belakang ekonomi yang kurang stabil. Banyak dari mereka

Menggunakan pinjol untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup dan keadaan darurat, namun pemahaman mereka tentang produk keuangan tidak selalu didukung oleh kemampuan untuk mengelola keuangan dengan baik.

OJK juga mencatat bahwa mayoritas korban pinjol adalah guru dan mereka yang mengalami Pemangkasan Hubungan Kerja (PHK), yang menyumbang sekitar 63 persen. Rendahnya gaji rata-rata bagi para guru di Indonesia mendorong fenomena ini, karena banyak dari mereka memanfaatkan pinjol untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca juga :

Harga Beras Melambung, Pedagang Susah, Rakyat Menjerit

Lpi Tipikor RI Jawa Timur Pantau Kinerja Konsultan Pengawas Proyek Pembangunan UGD Puskesmas Kapongan

Tantangan dalam meraih kemerdekaan finansial semakin kompleks dengan adanya beberapa tahapan yang perlu ditempuh. Menganut pandangan bahwa utang sebaiknya diambil sebagai solusi terakhir, Head of Sequis Digital Channel, Antonius Tan, menekankan pentingnya menjadikan utang produktif sebagai opsi pertama. Ini dapat berarti mengambil pinjaman untuk tujuan produktif seperti membeli rumah atau mengembangkan usaha, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada pertumbuhan finansial di masa depan.

Perencanaan keuangan pribadi memiliki kunci penting, yaitu menabung. Membuat kebiasaan menabung, bahkan dari gaji yang terbatas, adalah langkah awal yang penting. Rasio tabungan, yang mencerminkan berapa persen dari pendapatan bulanan yang disisihkan untuk menabung, dapat dihitung dengan mudah. Walaupun awalnya rasio ini mungkin rendah, dengan waktu dan stabilitas finansial yang lebih baik, rasio tersebut dapat ditingkatkan.

Selain menabung dan berhemat, langkah penting lainnya dalam mencapai kemerdekaan finansial adalah memikirkan pendapatan pasif. Dalam era modern ini, ada berbagai cara untuk mendapatkan pendapatan pasif, seperti melalui blog, YouTube, menulis eBook, investasi, atau kepemilikan properti yang disewakan. Membangun pendapatan pasif adalah langkah penting untuk memastikan kestabilan finansial di masa depan.

Tidak kalah pentingnya adalah memiliki dana darurat, yang bertindak sebagai jaring pengaman saat situasi darurat muncul. Disarankan agar dana darurat setara dengan enam kali pengeluaran bulanan kita saat ini. Namun, memulai dengan target dua hingga tiga bulan pengeluaran bulanan juga dapat menjadi langkah awal yang baik. Dana darurat ini sebaiknya hanya digunakan dalam kondisi darurat sebenarnya, sehingga tetap dapat berfungsi sebagai penyelamat keuangan dalam situasi sulit.

Baca juga :

Kenaikan insentif RT/RW belum dibayar, Dewan Protes ke Pj Bupati OKU

Muhammad kadafi : HUKUM WARIS MENGATUR YANG TIDAK DAPAT MENERIMA WARISAN PEWARIS

Tantangan lain dalam meraih kemerdekaan finansial adalah fenomena Fear Of Missing Out (FOMO), yang membuat konsumen, terutama generasi muda, cenderung membuat keputusan finansial yang impulsif. Pengeluaran untuk konser atau aktivitas lain yang bukan kebutuhan pokok bisa mengganggu stabilitas keuangan. Pengeluaran tidak terkontrol dan utang yang berlebihan dapat menghabiskan dana yang seharusnya digunakan untuk tujuan yang lebih produktif, seperti pendidikan atau investasi.

Namun, upaya untuk meraih kemerdekaan finansial juga dihadapkan pada minimnya pekerjaan berkualitas. Meskipun generasi muda memiliki peluang untuk bekerja di berbagai sektor, banyak pekerjaan yang tersedia bersifat informal, seperti menjadi driver ojek online. Fenomena ini menjadi lebih rumit dengan adanya Undang-Undang Omnibus Law yang memberikan perusahaan kebebasan dalam menggunakan kontrak outsourcing untuk jangka waktu yang panjang. Tingginya jumlah pekerja informal mencapai 60,12 persen dari total pekerja pada Februari 2023, menunjukkan bahwa lapangan kerja yang berkualitas masih menjadi tantangan yang harus diatasi.

Mencapai kemerdekaan finansial adalah perjalanan yang tidak mudah, dan setiap tantangan harus dihadapi dengan kesadaran, disiplin, dan pengetahuan yang mendalam tentang literasi keuangan. Dengan mengambil langkah-langkah bijak dalam mengelola keuangan pribadi, serta dengan kesadaran tentang dampak jangka panjang dari keputusan finansial, kita dapat bergerak menuju impian kemerdekaan finansial dan meraih masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.

*) Dosen UNTAG Banyuwangi

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Example 728x250 Example 728x250