Prof. Dr. Muhammad Azhar, MA., Dosen FAI-Pascasarjana UMY dan LARI ( Lingkar Akademisi Reformis Indonesia)
INDONESIA EMAS Gibran dan Ahok dua simbol generasi muda dan tua yg sejauh ini dinilai clean dan berprestasi di bidang dan posisinya masing-masing. Perlu dicatat, kedua tokoh ini juga sama-sama diorbitkan oleh Prabowo hingga populer di level nasional.
Untuk Ahok, penulis termasuk mensuport agar Ahok, tidak saja tampil sebatas jadi gubernur, tetapi bisa lebih tinggi lagi sebagai menteri bahkan bisa president. Walau ide Penulis tersebut banyak dibully – maklum sebagian rakyat kita memang bermazhab Bullywood. Dengan mensuport Ahok, Penulis ingin ada tokoh double minority seperti Ahok yang mampu tampil sebagai contoh figur yang sukses memimpin di negeri yang mayoritas muslim. Jika terwujud, itu menjadi success story buat demokrasi Indonesia dan generasi mendatang.
Unfortunately, dalam perjalanannya, Ahok tersandung slip of tongue di Kepulauan Seribu. Apakah Ahok masih berpeluang? Sangat tergantung pada Ahok sendiri dan sejauhmana social acceptance di masyarakat. Sejauh ini, Ahok bukan tipe politisi yang kemaruk harta dan dikenal cukup profesional dalam bekerja.
Mewakili anak muda, sejauh ini, Gibran relatif bersih, dan untuk ukuran seusianya, Gibran telah menoreh prestasi, baik sebagai entrepreneur maupun dalam dunia birokrasi. Gibran jaga bukan tipe kemaruk harta. Gajinya sebagai walkot Solo, dia sumbangkan untuk rakyat miskin.
Konon, dulu Ganjar maupun Anis pernah pedekate untuk menjadikan Gibran sebagai cawapres mereja berdua. Namun akhirnya, Gibran lebih memilih Prabowo sebagai pasangannya. Itu pun setelah gagal 4 kali dirayu. Untuk kali kelima, akhirnya Gibran berlabuh di sisi Prabowo. Terlepas isu “curang”, sejak Prabowo menggandeng Gibran, survey Pragib melejit.
Tampaknya, Gibran mewakili aspirasi mayoritas pemilih kaum muda yang tidak menerima bansos Insyaallah, ke depan, figur seperti Ahok yang mewakili “kemarahan” politik kaum tua dan bersinergi dengan energitas dan gerak sat-set ala Gibran, akan mampu mendorong Indonesia menjadi bangsa yang lebih akseleratif menuju cita-cita Indonesia emas.
Kehadiran dua simbol tokoh ini seiring dan seirama dengan harapan para gubes, dengan segala pluralitas aspirasi mereka. Yang paling utama ke depan, Gibran harus mampu memperbanyak dan memperluas SDM maupun area entrepreneurship yang produktif, bukan konsumtif.
Simbol politisi bersih sepertit Ahok bisa fokus pada pemberantasan korupsi sebagai penyebab utama kemiskinan. Tentunya di bawah “partitur” Presiden Prabowo Soebianto. Dalam momen tertentu, sejarah kadangkala digerakkan oleh keunikan zamannya”.
Tadarus Ramadhan, 2 April 2024